Selasa, 05 Juni 2018

ISU PERMASALAHAN DAN SOLUSI YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK

ISU PERMASALAHAN DAN SOLUSI YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK


1. Rendahnya Keimanan Peserta Didik terhadap Allah
 • Dasar Teori: Sebagian besar peserta didik mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya peserta didikmelanggar larangan Allah secara terang terangan seperti tidak shalat, tidak puasa, berpacaran di tempat umum dan lain-lain. Pada saat melakukan berbagai pelanggaran terhadap larangan Allah sebagian besar peserta didik sudah tidak menunjukkan rasa takut atau malu kepada Allah. Rendahnya keimanan peserta didik menjadi penyebab permasalahan akhlak lainnya seperti seks bebas, merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian, dan lain-lain. 
• Analisis kenyataan: banyak sekali peserta didik yang dibawah usia seperti Sekolah dasar pada zaman ini sudah berpacaran bahkan mereka ada yang berpelukan berciuman di foto dan diunggah di akun media sosial mereka ini menandakan randahnya keimanan seorang peserta didik. Tidak hanya itu banyak sekali murid SMA di bulan ramadan ini mereka mampir ke warung makan.
• Solusi: Membekali keimanan peserta didik dapat dilakukan orang tua maupun pendidik sejak anak-anak. Penanaman akidah adalah upaya menanamkan keimanan yang diberikan kepada peserta didik, menasehati dan memberitahu dari sedini mungkin mana yang baik dan mana yang tidak baik. 

2. Menurunnya pelaksanaan ibadah pada peserta didik 
• Dasar Teori: Sebagian peserta didik mengalami penurunan pengamalan agama dibandingkan pada masa anak - anak. Mereka mungkin sudah terbiasa atau pernah shalat pada masa anak - anak kemudian tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian peserta didik bahkan marah ketika diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan, dan sebagainya.
• Analisis kenyataan: sekarang ini anak – anak SMP dan SMA sebagian sudah mulai lunturnya pelaksanaan ibadah, contohnya wakti di lingkungan sekolah melakukan pembiasaan untuk sholat jumat bersama bagi kaum ihwan tetapi ada beberapa peserta didik yang bersembunyi atau malah pergi kekantin sehingga tidak mengikuti sholat jumat berjamaah di masjid SMA. 
• Solusi: Pembiasan melakukan ibadah sudah diajarkan sejak masa anak-anak kemudian dilanjutkan pada masa remaja. Jika pada masa anak-anak orang tua hanya mengajarkan shalat, tetapi setelah remaja orangtua dianjurkan memukul anak remaja yang tidak shalat setelah diajarkan shalat pada waktu kanak-kanak. Bisa juga dengan memberikan apresiasi kepada peserta didik apabila melakukan sholat berjamaah dan memberikan sangsi kepada peserta didik yang tidak melakukan ibadah. 

3. Penyalahgunaan Narkoba yang Dilakukan Peserta Didik 
• Dasar Teori: Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% di antaranya berusia antara 15 -19 tahun. Penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah pengguna narkoba sebesar 22,7%. Dari sejumlah 1,1 juta di tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008. Saat ini data BNN 2008 menyebutkan bahwa ada 3,6 juta penyalahguna narkoba di Indonesia dan 41% dari mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun (Republika, 29 Juni 2009).
• Analisis Kenyataan: banyak peserta didik SMP mulai mengenal apa itu narkoba, dan ada beberapa peserta didik yang menggunakannya seperti pil atau meminum ciu dan ketika SMA kebiasaan itu terus berlanjut dan lebih parahnya peserta didik yang mennyalahguakan narkoba mengajak peserta didik lainnya untuk mencobanya. 
• Solusi: menyampaikan informasi tentang bahaya merokok dan narkoba melalui orang tua atau guru kepada para remaja. Penyampaian informasi ini dapat dilakukan dalam bentuk obrolan dalam keluarga atau nasehat yang diberikan orang tua atau guru pada waktu tertentu. Menempatkan diri menjadi tempat peserta didik bertanya tentang informasi yang berkaitan dengan rokok dan narkoba adalah cara baik bagi orang tua dan guru dalam menjaga remaja terhindar dari rokok dan narkoba. Dan memberikan rehabilitasi kebada peserta didik yang sudah menggunakan narkoba.

4. Seks bebas merambah peserta didik 
• Dasar Teori: Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan ingin melakukan seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah melakukan hubungan seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia makin mengkhawatirkan (Adikusuma, 2006: 2). Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN mengatakan, persentasi remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV-AIDS di Indonesia, 54 persen adalah remaja (Suara Karya 6 Pebruari 2009) 
• Analisis Kenyataan: Waktu saya SMA pasti ada salah satu peserta didik yang keluar sekolah dikarenakan hamil diluar nikah.
 • Solusi: Memberikan informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam Islam Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Hasil penelitian ini memang cukup mengenaskan, sebab meskipun mereka taat beribadah mereka tidak bebas dari pengaruh pergaulan bebas. Pengaturan perilaku seksual dalam Islam telah diatur dengan baik, maka orang tua maupun guru atau pendidik dapat melakukan pemberian informasi pengaturan perilaku seksual ini secara bertahap pula. Tahapan tersebut adalah: a. Membedakan cara berpakaian remaja putra dan putri b. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan c. Melarang sesama remaja laki-laki dan sesama remaja perempuan tidur dalam satu selimut d. Melarang anak-anak, orang tua, dan anggota keluarga lainnya masuk ke dalam ruang tidur dalam tiga waktu (sebelum shalat subuh, sesudah shalat zhuhur dan sesudah shalat isya) sebelum meminta izin. e. Menjelaskan larangan Allah mendekati zina (berduaan tanpa muhrim, berpacaran, atau ngobrol antar lawan jenis) f. Menjelaskan azab Allah kepada pelaku perbuatan mendekati zina atau berzina g. Menjelaskan akibat perbuatan zina pada kehidupan dunia (kesehatan, sanksi sosial, dan hukuman) 

5. Merokok 
• Dasar Teori: Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/ fasilitative) (Priliawito dan Rahayu dalam VIVA 30 Nopember 2011). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. 
 • Analisis Kenyataan: Ada beberapa murid SD yang sudah mulai merokok, ketika mereka SMP mereka mengajak peserta didik lainnya untuk merokok juga sehingga murid SMA saat ini banyak sekali yang merokok khususnya laki – laki. 
• Solusi: Membiasakan anak bersikap terbuka kepada orang tua Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak, maka seyogyanya orang tua adalah orang yang pertama bagi anak untuk menyampaikan keluh kesahnya. Kondisi ini hanya akan terjadi jika orang tua dapat menjadi teman bagi anak. Agar dapat menjadi teman akrab bagi anak, orang tua harus bersikap: a. Menjadi pendengar yang baik bagi anak b. Menjadi contoh yang baik bagi anak c. Menjadi pemuji pertama bagi kebaikan yang dilakukan anak d. Menjadi penasehat terbaik bagi anak e. Menjadi pelindung terbaik bagi anak f. Menjadi penghukum yang adil bagi anak Selain itu pendidik juga harus membiasakan pesrta didiknya untuk tidak merokok dan menjadi orang tua kedua bagi peserta didik

6. Bolos sekolah 
• Dasar Teori: 7 dari 30 orang anak yang diwawancarai Masngudin dalam penelitiannya menyatakan bolos sekolah 3 sampai 4 hari dalam seminggu (Masnguddin, 2005: 31). Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya. 
• Analisis Kenyataan: Pada saat Justin Beiber konser di salah satu Plaza di Jakarta pusat, ribuan remaja yang didominasi remaja puteri rela mengantri tiket konser Justin Beiber sejak pukul 3 dini hari. Tak sedikit remaja puteri yang bolos sekolah. 
• Solusi: Mendoakan anak Doa memiliki kekuatan dalam menghindarkan dan mengatasi masalah yang dihadapi seseorang. Orang tua seyogyanya senantiasa mendoakan dirinya dan keturunannya untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Doakan para remaja tersebut diberikan Allah pentunjuk dan kekuatan untuk dapat melewati dan mengisi masa remaja dengan perbuatan yang baik sehingga menjadi bekal yang baik pada masa dewasa. Jika remaja melakukan kesalahan selalu disebut dengan kenakalan buka kejahatan. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa secara psikologis kesalahan remaja tidak seluruhnya merupakan kesengajaan tetapi perpaduan antara kebigungan menghadapi perubahan dirinya dengan ketidakmampuan melepaskan diri dari berbagai pengaruh negatif yang datang dari lingkungannya. Sikap empati dari orang dewasa baikorang tua maupun pendidik terhadap perilaku salah yang dilakukan remaja sangat diperlukan agar remaja tidak memberi label dirinya jahat dan buruk. Di samping itu persiapan menghadapi masa remaja harus dipersiapkan orang tua, guru, dan masyarakat sebelum seorang anak memasuki masa remaja. Beberapa solusi di atas memang belum cukup namun dapat dijadikan solusi alternatif ketika menghadapi permasalahan remaja. 

 7. Peserta Didik Yang Sulit/ Lama Memahami 
• Dasar Teori: Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan adalah faktor lingkungan sangat mempengaruhi, dari pergaulan anak selama ini banyak gejala yang ditemukan disekitar kita karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi psikologi anak atau sikap, dibalik itu awal fundamental pendidikan anak harus kuat dan mendasar mulai dari lingkungan anak itu sendiri karena pembentukan awal karakter anak mulai dari lingkungan mereka itu sendiri yaitu lingkungan keluarga, apabila anak itu sudah disiplin tempat lingkungan mereka hidup terutama tatanan kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri sudah tertata maka anak itu akan terbawa pada lingkungan yang formal, tempat mereka menimba ilmu pengetahuan. 
• Analisis Kenyataan: ada beberapa anak di setiap jenjang sekolah baik itu formal maupun nonformal ada peserta didik yang lambat belajar dan mereka biasanya dilabeling dengan sebutan anak bodoh. 
• Solusi: Sebagai pendidik kita harus lebih sabar untuk menghadapi peserta didik yang seperti itu, dan peserta didik yang lambat dalam belajar bisa kita memberi jamtambahan untuk belajar lagi sehingga mereka tidak terlalu tertinggal. 

8. Kelas tidak nyaman dan tidak kondusif 
• Dasar Teori: ada beberpa peserta didik yang sulit memahami dikarenakan kelas tidak nyaman dan tidak kondusif .
 • Analisis Kenyataan: kelas yang berdekatan dengan jalan raya, ini menggangu peserta didik dalam memperhatikan pelajaran.
 • Solusi: membuat dan membangun mental peserta didik untuk biasa hidup disiplin dan mandiri maka harus dimulai dari lingkungan keluarga secara khusus dan lingkungan sekitarnya secara umum. Kalau dari lingkungan pendidikan peserta didik itu di berikan pengulangan kepada materi yang belum dia pahami / anak itu diberi penjelasan pelan-pelan sehingga anak itu bisa paham terhadap apa yang belum di pahaminya. Dan bagi sekolahannya juga mempertimbangkan pembangunan ruang kelas yang kondusif untuk belajar peserta didik agar peserta didik bisa belajar lebih nyaman dan kondusif. 

9. Peserta Didik Yang Pemalu 
• Dasar Teori: Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan yang pertama ini biasanya dari faktor peserta didik itu sendiri, dan apabila tidak dirubah maka akan selamanya peserta didik itu jadi pemalu terus, tetapi peserta didik yang pemalu bukannya tidak bisa, mungkin ada faktor lain contohnya di dalam memberikan pertanyaan peserta didik itu biasanya malu karena bisa-bisa nanti apa yang ditanyakan salah atau tidak rasional dan biasanya peserta didik itu malu bertanya takut di tertawakan temannya. 
• Analisis Kenyataan: banyak siswi yang malu bertanya dan takut apabila mereka bertanya akan ditertawakan temannya
 • Solusi: peserta didik semacam ini kita ajak belajar di ruangan terbuka dan kemudian dia bisa bertanya dengan leluasa karena bebas. Bisa saja apa yang ditanyakan itu biasa-biasa saja, tetapi lewat itu kita bisa melatih peserta didik untuk bertanya supaya tidak malu dan hal tersebut perlu dilakukan berulang-ulang sampai peserta didik itu percaya diri. 

 10. Peserta Didik Yang Kurang Memiliki Motivasi Dalam Belajar. 
 • Dasar Teori: Hal yang menjadi penyebabnya kemungkinan kurangnya kemampuan yang dimiliki, kuranganya prasarana 
• Analisis Kenyataan: fasilitas buku yang masih minim membuat peserta didik kurang semangat dalam belajar. 
• Solusi: peserta didik yang kurang termotivasi selama belajar pada awalnya kita harus memberikan perlakuan yang khusus dulu seperti memberikan tangggung jawab dulu kepada guru BP/ yang mana guru BP itu sendiri memberikan sebuah perlakuan khusus dulu kepada peserta didik tersebut. Nah di sinilah peran guru BP membangkitkan semangat peserta didik ini, bagaimana supaya dia termotivasi kembali di dalam belajar sehingga guru BP tersebut bisa melihat apa kendala yang dihadapi peserta didik selama ini yang lebih dominan dengan sebuah pertanyaan kenapa peserta didik itu kurang termotivasi di dalam belajar sehingga guru BP tersebut bisa mengetahui fenomena yang dihadapi peserta didik. 

Sumber: 

 Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing. 
Tanpa Nama. 2012. “PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK, FAKTOR  PENYEBABNYA DAN SOLUSI YANG KITA BERIKAN SEBAGAI PENDIDIK”. Jurnal My Creativity. Diunduh dari laman http://poue4.blogspot.com/2012/12/permasalahan-yang-dialami-peserta-didik di pada tanggal 05 Juni 2018 pukul 22.43 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahasiswa KKN UPGRIS Membuat tempat Cuci Tangan Sederhana dan Melakukan Edukasi Cuci Tangan

Virus Covid-19 per 1 Februarai 2021 mencapai 1.089.308 yang menandakan bahwa belum meredanya penyebaran covid-19 di Indonesia. Oleh karena i...