NASKAH DRAMA SENYUM KARYAMIN
Narator = “Karyamin
melangkah pelan – pelan dan sangat hati- hati. Beban yang menekan pundaknya
adalah pikulan yang digantung dua keranjang batu kali... Bruksss..”
Karyamin = “Aduuh .... aduuhh”
(Karyamin terjatuh)
Kawan Karyamin = “Hahahaha min, Mmn mata dipakai kalo
jalan dari tadi jatuh terus ! hahaha”
Narator = “Karyamin
hanya membalasnya dengan senyuman, dan melanjutkanperjalanan dengan lebih hati
– hati. Sampai akhirnya seekor burung paruh udang terjun dari ranting
menggantung diatas air”
Karyamin = “Bangsat... gara – gara burung paruh udang itu
aku terjatuh lagi. Tubuhku sudah terasa lemas, panas matahari tambah menyengat,
hatiku juga tak tenang”
Sarji = “Sudah, min. Pulanglah. Ku kira
hatimu tertinggal dirumah sehingga kamu loyo terus”(Karyamin masih duduk
termenung)
Sarji = “Bahaya meninggalkan isterimu seorang
diri min. Kamu ingat anak – anak muda petugas harian itu ?, jangan kira mereka
hanya datang setiap hari buat menagih setoran kepada isterimu. Jangan percaya
kepada anak – anak muda itu. Pulanglah kini pasti isterimu sedang digodanya.”
Kawan Karyamin = “Isterimu tidak hanya menarik mata
petugas bank harian. Jangan lupa tukang edar buntut itu, kudengar dia juga
sering datang ke rumahmu bila kamu sedang keluar. Apa kamu juga percaya dia
datang hanya untuk menjual kupon buntut ?, jangan – jangan dia menjual buntunya
sendiri”
Narator = “Suara
gelak tawa terdengar riuh diantara bunyi batu – batu yang mereka lempar di tepi
sungai. Dan Karyamin masih terduduk sambil memandang ke dua keranjangnya yang
berantakan dan hampa. Burung paruh udang kembali melintas diatasnya, ingin
sekali Karyamin menyumpahinya namun tubuh Karyamin semakin terasa lemas.
Sedangkan kawan – kawannya sedang berceloteh melihat perempuan yang menyebrangi
sungai”
Kawan – kawan = “Widiiih cewek tuu....., seger
broo.. hahahahaha.”
Sarji = “Min... kamu diam saja, apakah kamu
tidak melihat ikan putih– putih sebesar paha ?”
Kawan
– Kawan = “Hahahaha”
Narator = “Karyamin
hanya tersenyum lalu bangkit, meski kepalanya berat dan seakan berputar.
Diambilnya keranjang dan pikulan. Akhirnya Karyamin memutuskan kembali ke
rumah. Dalam perjalanannya ia bertemu Saidah”
Saidah
= “
Masih pagi kok mau pulang min ?, sakit ?”
Narator =
“Karyamin menggeleng dan tersenyum. Saidah
memperhatikan bibirnya yang membiru dan ke dua telapak tangannya yang pucat.
Setelah dekat, saidah mendengar suara perut karyamin”
Saidah = “Makan min ?”
Karyamin = “Tidak beri aku minum saja, daganganmu sudah
ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah utang”
Saidah = “Iya min, iya. Tapi kamu laparkan ?” (Karyamin tersenyum
sambil menerima segelas air yang disodorkan oleh Saidah dan meminumya)
Saidah = “Makan ya min ! aku tak tahan melihat orang
lapar. Tak usah dibayar dulu, aku sabar menunggu tengkulak datang”
Narator = “Karyamin
hanya terdiam dan melihat paruh udang melintas cepat dengan suara meracau.
Karyamin tak lagi membencinya karena sadar burung yang demikian pasti sedang
mencari makan untuk anak – anaknya”
Saidah = “Jadi kamu tak mau makan ?” (tanya Saidah
ketika karyamin bangkit)
Karyamin = “Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat aku lapar,
aku pun tak tahan melihat daganganmu habis karena utang – utangku dan kawanku”
Saidah = “Iya iya... min.., tapi...” (Saidah
memutuskan kata – katanya karena karyamin sudah berjalan jauh)
(dalam
perjalanannya karyamin bergejolak ketika ingin pulang)
Karyamin
= “Mengapa aku pulang
?” (ujarnya)
Karyamin = “aah tak palah semalam tadi isteriku tak bisa
tidur karena bisul di pucuk pantatya. Maka apa salahnya aku pulang untuk
menemani isteriku”
Narator = “Karyamin
mencoba berjalan secepat mungkin, walau terkadang tiba tiba banyak kunagng –
kunang dalam rongga matanya. Ditanjakkan terakhir rumah ia bertemu Pak Pamang”
Pak Pamong = “Naah, akhirnya kamu ketemu juga, min. Ku cari kau
di rumah tak ada. Di pangkalan batu tak ada, kamu mau menghindar ya ?”
Karyamin =
“Menghindar
?” (sambil menggaruk – garuk kepalanya kebingungan)
Pak Pamong = “Ya, kamu mbeling, Min. Digerombolan ini hanyakamu yang belum
berpartisipasi. Hanya kamu yang belum setor uang dana Afrika, dana untuk
menolong orang – orang kelaparan di sana. Nah sekarang hari terakhir aku tak
mau lebih lama kau persulit”
(Sambil
merasakan tubuhnya yang semakin lemas Karyamin tersenyum. Akan tetapi Pak
Pamong malah menjadi marah olah senyuman karyamin)
Pak
Pamong = “Kamu menghina
aku min ?”
Karyamin = “Tidak pak, sungguh tidak !” (sambil
menggeleng – gelengkan kepalanya)
Pak Pamong = “Kalau tidak, mengapa kamu senyum – senyum ?.
cepat mana uang iuranmu ?”
Karyamin
= “Hahahahahahah... !
hahaha”
Narator = “Karyamina
tertawa sangat keras, sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya.
Seribu kunang masuk ke mulutnya. Lambungnya yang kopong berguncang – guncang dan
merubuhkan seluruh tubuhnya”
Pak
Pamong = “Min.. min..
Karyamin”
Narator =
“Sambil berteriak keras – keras Pak Pamong berusaha
menahan tubuh karyamin yang jatuh terguling kelembah namun sayang gagal”
(Bruk
– bruk suara Karyamin jatuh ke lembah)
Pak
Pamong =
“ Waduh Karyamin jatuh ”
(sambil kebingungan)
-THE END-
Penulis = Luthfi Fajar Riana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar