Senin, 12 Juni 2017

Dialog Drama Senyum Karyamin



NASKAH DRAMA SENYUM KARYAMIN

Narator               = “Karyamin melangkah pelan – pelan dan sangat hati- hati. Beban yang menekan pundaknya adalah pikulan yang digantung dua keranjang batu kali... Bruksss..
Karyamin                    = “Aduuh .... aduuhh” (Karyamin terjatuh)
Kawan Karyamin        = “Hahahaha min, Mmn mata dipakai kalo jalan dari tadi jatuh terus ! hahaha”
Narator                   = “Karyamin hanya membalasnya dengan senyuman, dan melanjutkanperjalanan dengan lebih hati – hati. Sampai akhirnya seekor burung paruh udang terjun dari ranting menggantung diatas air
Karyamin                = “Bangsat... gara – gara burung paruh udang itu aku terjatuh lagi. Tubuhku sudah terasa lemas, panas matahari tambah menyengat, hatiku juga tak tenang”
Sarji                    = “Sudah, min. Pulanglah. Ku kira hatimu tertinggal dirumah sehingga kamu loyo terus”(Karyamin masih duduk termenung)
Sarji                      = “Bahaya meninggalkan isterimu seorang diri min. Kamu ingat anak – anak muda petugas harian itu ?, jangan kira mereka hanya datang setiap hari buat menagih setoran kepada isterimu. Jangan percaya kepada anak – anak muda itu. Pulanglah kini pasti isterimu sedang digodanya.”
Kawan Karyamin        = “Isterimu tidak hanya menarik mata petugas bank harian. Jangan lupa tukang edar buntut itu, kudengar dia juga sering datang ke rumahmu bila kamu sedang keluar. Apa kamu juga percaya dia datang hanya untuk menjual kupon buntut ?, jangan – jangan dia menjual buntunya sendiri”
Narator                        = “Suara gelak tawa terdengar riuh diantara bunyi batu – batu yang mereka lempar di tepi sungai. Dan Karyamin masih terduduk sambil memandang ke dua keranjangnya yang berantakan dan hampa. Burung paruh udang kembali melintas diatasnya, ingin sekali Karyamin menyumpahinya namun tubuh Karyamin semakin terasa lemas. Sedangkan kawan – kawannya sedang berceloteh melihat perempuan yang menyebrangi sungai
Kawan – kawan          = “Widiiih cewek tuu....., seger broo.. hahahahaha.”
Sarji                          = “Min... kamu diam saja, apakah kamu tidak melihat ikan putih– putih sebesar paha ?”
Kawan – Kawan         = “Hahahaha”
Narator                   = “Karyamin hanya tersenyum lalu bangkit, meski kepalanya berat dan seakan berputar. Diambilnya keranjang dan pikulan. Akhirnya Karyamin memutuskan kembali ke rumah. Dalam perjalanannya ia bertemu Saidah
Saidah                     = “ Masih pagi kok mau pulang min ?, sakit ?”
Narator                   = “Karyamin menggeleng dan tersenyum. Saidah memperhatikan bibirnya yang membiru dan ke dua telapak tangannya yang pucat. Setelah dekat, saidah mendengar suara perut karyamin
Saidah                     = “Makan min ?”
Karyamin             = “Tidak beri aku minum saja, daganganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak ingin menambah utang
Saidah                    = “Iya min, iya. Tapi kamu laparkan ?” (Karyamin tersenyum sambil menerima segelas air yang disodorkan oleh Saidah dan meminumya)
Saidah                      = “Makan ya min ! aku tak tahan melihat orang lapar. Tak usah dibayar dulu, aku sabar menunggu tengkulak datang”
Narator               = “Karyamin hanya terdiam dan melihat paruh udang melintas cepat dengan suara meracau. Karyamin tak lagi membencinya karena sadar burung yang demikian pasti sedang mencari makan untuk anak – anaknya
Saidah                         = “Jadi kamu tak mau makan ?” (tanya Saidah ketika karyamin bangkit)
Karyamin              = “Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat aku lapar, aku pun tak tahan melihat daganganmu habis karena utang – utangku dan kawanku”
Saidah                         = “Iya iya... min.., tapi...” (Saidah memutuskan kata – katanya karena karyamin sudah berjalan jauh)
(dalam perjalanannya karyamin bergejolak ketika ingin pulang)
Karyamin                    = “Mengapa aku pulang ?” (ujarnya)
Karyamin                    = “aah tak palah semalam tadi isteriku tak bisa tidur karena bisul di pucuk pantatya. Maka apa salahnya aku pulang untuk menemani isteriku”
Narator                        = “Karyamin mencoba berjalan secepat mungkin, walau terkadang tiba tiba banyak kunagng – kunang dalam rongga matanya. Ditanjakkan terakhir rumah ia bertemu Pak Pamang
Pak Pamong                = “Naah, akhirnya kamu ketemu juga, min. Ku cari kau di rumah tak ada. Di pangkalan batu tak ada, kamu mau menghindar ya ?”
Karyamin                    = “Menghindar ?” (sambil menggaruk – garuk kepalanya kebingungan)
Pak Pamong                = “Ya, kamu mbeling, Min.  Digerombolan ini hanyakamu yang belum berpartisipasi. Hanya kamu yang belum setor uang dana Afrika, dana untuk menolong orang – orang kelaparan di sana. Nah sekarang hari terakhir aku tak mau lebih lama kau persulit” (Sambil merasakan tubuhnya yang semakin lemas Karyamin tersenyum. Akan tetapi Pak Pamong malah menjadi marah olah senyuman karyamin)
Pak Pamong               = “Kamu menghina aku min ?”
Karyamin                   = “Tidak pak, sungguh tidak !” (sambil menggeleng – gelengkan kepalanya)
Pak Pamong               = “Kalau tidak, mengapa kamu senyum – senyum ?. cepat mana uang iuranmu ?”
Karyamin                   = “Hahahahahahah... ! hahaha”
Narator              = “Karyamina tertawa sangat keras, sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya. Seribu kunang masuk ke mulutnya. Lambungnya yang kopong berguncang – guncang dan merubuhkan seluruh tubuhnya
Pak Pamong                = “Min.. min.. Karyamin”
Narator                    = “Sambil berteriak keras – keras Pak Pamong berusaha menahan tubuh karyamin yang jatuh terguling kelembah namun sayang gagal
(Bruk – bruk suara Karyamin jatuh ke lembah)
Pak Pamong                = “ Waduh Karyamin jatuh ” (sambil kebingungan)
-THE END-

Penulis = Luthfi Fajar Riana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahasiswa KKN UPGRIS Membuat tempat Cuci Tangan Sederhana dan Melakukan Edukasi Cuci Tangan

Virus Covid-19 per 1 Februarai 2021 mencapai 1.089.308 yang menandakan bahwa belum meredanya penyebaran covid-19 di Indonesia. Oleh karena i...