SARJANA
Suara
mulai terdengar sumbing, wajah mulai memerah, titik titik nafas mulai berat terasa, butir butir air
mulai membelai pipi merah. Aku tak kuasa menahan ini semua saat menatap ia
tertawa bahagia di hadapanku.
Benci
dandam ini semua yang kurasakan bendera yang menjadikan saksi bawa kami telah
di lukai. Kami selalu di pandang sebelah mata kami yang selalu di anggap
menggangu, kami yang selalu di anggap mengacau, itu semua sudah terbiasa
terdengar.
“alah opo
to, mung iso ngrusak !!!”
“isone
mung trimo gelut to, maen fisik rak main utek !!”
“Gawe
koyo ngono wae rak iso, nampilke neng wong akeh kok koyo ngono, ELEEEKK
meni....”
Penuh
hati ini terasa, teriris-iris tubuhku ini. Kami berusaha sebaik mungkin untuk
memperiapkan karnaval besok tanpa seorang pembina yang membimbing kami, lelah
yang kurasa tapi tak mengugurkan semangtku. Walaupun peluh peluh telah bercucuran
matahari pun mulai lelah bersinar, kami tetap dapat tersenyum bersama.
Pagi
ini aku dan teman-temanku sudah siap untuk menampilkan latihan karnaval kami,
walau tubuh kami sudah merasa berat untuk dibawa.
“Antin
ayok semangat !!!” ujar Ratih untukku
“Iya
ayok” balasku
Lelah
semakin lelah yaah itu yang aku rasakan. Tapi saat melihat temannku menanyikan
lagu bersama membuat diriku ini semakin terhibur. Dibawah bendera itu aku terus
melihat bagaimana Sonarnyani terus menggema. Itu bagiku sebuah keajaiban berhari-hari
berlatih tetapi mereka tetap semangakat.
Bayanganku
mulai tertutup oleh tubuhku puncak panas mulai menyinari kami semua menepi di
lapangan bersandar bersendau gurau dibawah pohon bersama menunggu giliran kami
untuk menampilkan hasil karnaval kami.
“flasmoop
ayo, cepat giliran kalian”
“cepat,
cepat ini giliran kalian”
Yaah
ini giliran teman-temanku untuk menampilkan hasil latihan mereka. Aku sangat
bangga pada mereka walau tubuh sudah terasa berat untuk berjalan tapi mereka
tetap berusaha, mengikuti alunan lagu terus bergerak, walau kepala sudah terasa
berat, kaki sudah terasa mati.
“Alhamdulilah
udah selesai” kata susan
“Iya
nie ayok beli minum capek nie” jawab Ratih
Ratih
“Tin Antin mau ikut ndak beli minum bareng aku ke depan”
“Ndak
aah kamu aja aku pingin duduk gak pingin minum” jawabku
Lalu aku memutuskan untuk menunggu
mereka di tepi lapangan.
“Duhh enaknya”batinku saat aku duduk.
Tak berapa lama aku melihat Susan
berjalan dihadapanku dengan mata merahnya
“Lhoo san kamu ki kenapa ?”
“Gak papa kok Tin”
“Alaah lho kenapa”
“Nanti kamu tau sendiri !!!!”
Saat aku pergi dari lapangan ku lihat
semua teman social menangis entah apa
yang terjadi aku hanya dapat terdiam termenung melihat apa yang terjadi, terasa
tergoncang hatiku saat melihat itu semua. Entah apa yang harus aku lakukan
seketika tubuhku terasa kaku bibirku terasa pilu terpaku tertegun seketika,
tubuhku terasa lemas saat mendengar semua yang terjadi air mataku pun terpecah
tiada henti.
Dengan tubuh mulai tak berisi, ku
tuntun kaki ini kedepan gedung tinggkat itu melihat seorang sarjana yang sedang
terrawa dihadapanku. Air mataku mulai menderu deras melewati pipiku ini sesak
yang ku rasakan. Tak enggah aku sedang beristirahat
“Ayo Sonarnyanyi giliran kalian cepat
cepat”
Dengan mata yang masih memerah aku
sibakkan arirmataku dan bergegas menuju teman – temanku yang sedang bersiap
menyiabkan formasi kami, aku hanya bisa merunduk saat kami berjalan menuju ke
tengahlapangan untuk menampilkan pertunjukan kami
“..satukan tekatmu kobarkan semangatmu
itu lah yangku mau...”
Sorak suara kamipun mulai terdengar
dentuman drum mulai menggema mengiringi nyanyian kami, entah apa yang aku
rasakan seketka mataku mulai memerah lagi. Sambil membentanggkan bendera merah
putih sejauh 15m kami terus bernyanyi di bawahnya.
“Cinta yang telah kita bina pahit
manis bersama..”
Ku coba singkappakn perasaanku ini,
tak sadar aku ternyata semua teman- temanku menangis juga. Setelah lagu selesai
kami langsung pergi dan menepi dari lapangan pertunjukan.
Setelah semua pertunjukan selesai kami
diperbolehkan pulang. Tapi aku masih duduk termenung lama.
“Antin ayok ke ruang GSG” ajak bagas
“La mau apa ke GSG ?” tanyaku
“ Itu temen – temen lagi pada debat
sama ketua karnaval soal yang tadi” kata bagas
“ Iya udah ayok cepetan ke sana”
jawabku
Aku lalu cepat bergegas pergi ke GSG,
sesampai disana ruangan itu terasa sesah sekali untukku, perdebatan sudah
sampai pada puncaknya.
“ maaf pak kami selaku anak social ingin mengundurkan diri dari
kegiatan karnaval ini pak” kata desi
“ kalian itu jangan terbawa emosi,
sabar dulu tenang” jawab ketua karnaval
“ pak kita itu sudah sabar pak di
katakan mengganggu, jelek pak kurang sabar apa kita. Malah harga diri kita
serasa di injek injek sama sarjana itu pak” jawab desi
“ iya bener pak, katanya sarjana kalo
bertuturkata kok kaya bukan sarjana”
“ siapa yang gak terima to pak kalau
dikatakan ‘alah elek penampilane.. balekke wae kui duite, cumo iso
ngentek-ngentekke duit to !!!’ kita ya pak cuman dikasih uang Rp 270.000,00 pak
kalo cuman segitu kita juga bisa ngmbalikan”
“ iya pak pokoknya kita udah ndak mau
ikut lagi karnaval “
“gini semisal kalian gak mau ikut
karnaval saya juga akan menggundurkan diri sebagai ketua karnaval” kata ketua
karnaval
“lho pak kok gitu kalo bapak
menggundurkan diri kita juga yang bakalan kena jeleknya pak” Ujar Dio
“ya itu keputusan kalian kalo kalian
mundur dari karnaval saya juga akan mundur jadi ketua karnaval” jawab ketua
karnaval
Sontak
kami pun terdiam memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Dan kami pun
berpikir untuk membuat keputusan
Desi pun berkata “ iya udah pak kami
ndak jadi mundur”
“ iya udah makasih, bagaimana kalau
saya temuin sarjana itu agar menjelaskan dan meminta maaf pada kalian ?” tanya
ketua karnaval
“ iya pah”
“laah gitu loh pak”
Lama kami menunggu kedatangan sarjana
itu, tetapi yang datang adalah orang lain yang menyampaikan pesan yang tiada
artinya.
“udah
kalian pulang dulu besok dia akan minta maaf pada kalian waktu apel pagi”
“loh
pak kok yang datang bapak sih, mana sarjana itu ?”
“udah
besok kalian juga ketemu, sana pulang kerumah masing – masing sana bubar bubar
!!!”
Akhirnya
kami pulang dengan rasa kecewa, tetapi kami tak sabar menunggu sarjana itu esok
Saat
apel pagi di laksanakan sarjana itu tak junjung datang, hanya ada ketua
karnaval yang menyampaikan permintamaafannya pada kami. Sonta kami terkejut dan
kecewa akan hal tersebut. Dan pada hari itu aku tak melihat sarjana itu di
manapun.
Penulis = Luthfi Fajar Riana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar